SinemaKaMu: Descendants of the Sun—5 Kiat Mempertahankan Hubungan
Info
Photo credit: Soompie
Itulah lima kiat mempertahankan hubungan dari DOTS yang bisa sama-sama kita renungkan. Kiat-kiat ini memang tidak menjamin hubungan kita akan bisa seperti hubungan kapten Yoo dan dokter Kang. Namun, kelimanya mengingatkan kita pada satu kebenaran yang sama—sebuah hubungan akan lebih mungkin untuk bertahan jika kita tidak hanya berfokus pada diri kita sendiri.
Artikel ini saya ambil dari warung SaTe kamu :)
Penulis: Joanna Hor
Artikel asli dalam Bahasa Inggris: Descendants of the Sun: 5 Relationship Hacks
Artikel asli dalam Bahasa Inggris: Descendants of the Sun: 5 Relationship Hacks
Photo credit: Soompie
Jutaan orang di Asia kemungkinan akan merasa sedih, galau, sekaligus jengkel pada akhir minggu ini—gejala yang aku sebut sebagai “sindrom pascaDOTS”.
Buat kamu yang belum tahu, DOTS itu adalah singkatan dari Descendants of The Sun, sebuah drama televisi Korea yang sedang hangat dibicarakan di mana-mana. Secara garis besar, DOTS adalah sebuah kisah cinta antara seorang kapten militer yang gagah (Song Joong Ki) dan seorang dokter cantik (Song Hye Kyo). Kisah cinta mereka telah memikat hati para pemirsa di seluruh dunia. Drama 16 episode yang mulai ditayangkan bulan Februari ini, telah memecahkan rekor jumlah penonton terbanyak di Korea dan disaksikan lebih dari 2 miliar penonton di situs video-streaming China, iQiyi.com.
Drama ini begitu populernya hingga 32 negara, termasuk negara-negara di luar Asia seperti Amerika, Inggris, Perancis, Rusia, sudah membeli hak siarnya. Para politisi pun ikut merekomendasikannya. Perdana Menteri Thailand, Prayut Chand-ocha, memberikan pujian karena drama ini mengangkat tema tentang pengorbanan, ketaatan pada atasan, dan kepatuhan warga negara; beliau mendorong warga Thailand untuk menontonnya. Presiden Korea Selatan, Park Geun-hye, menilai drama tersebut dapat menumbuhkan semangat cinta tanah air di antara anak-anak muda Korea.
DOTS juga telah menginspirasi para penggemarnya untuk membuat berbagai karya seni,memes, serta banyak sekali barang jualan: sepatu santai, tas kanvas, boneka, dan—mungkin kamu akan geleng-geleng kepala mendengarnya—”uang arwah” dengan wajah Song Joong Ki tercetak di atasnya (uang arwah adalah uang-uangan kertas yang biasanya dibakar sebagai hadiah untuk orang-orang terkasih yang sudah meninggal dalam kepercayaan tradisional China). Sudah ada rencana juga untuk membangun kembali semua properti yang digunakan dalam film tersebut di lokasi syutingnya, kota Taebaek di provinsi Gangwon, Korea, dan menjadikannya sebagai sebuah tempat wisata.
Apa gerangan yang membuat drama ini menempati peringkat teratas dibandingkan drama lainnya? Banyak yang berpendapat, drama ini populer karena setidaknya 3 alasan: plot yang bagus, pemain-pemain yang berkualitas, dan strategi promosi yang agresif, terutama di China—para penonton di China bisa menontonnya pada hari yang sama saat drama tersebut ditayangkan di negara asalnya. Tetapi, cobalah bertanya pada para penggemarnya, apa yang membuat mereka menyukai drama tersebut. Kemungkinan besar mereka akan berkata bahwa mereka ingin melihat bagaimana Kapten tim Alfa, Yoo Si Jin, bisa menaklukkan hati dokter Kang Mo Yeon. Terlepas dari semua faktor lainnya, drama ini dari segala sisi jelas adalah sebuah kisah cinta.
Aku yakin kebanyakan dari kita menyadari kisah cinta yang diangkat dalam film biasanya tidak realistis, cukup ditonton sebagai hiburan saja, bukan sesuatu yang perlu direnungkan dan dipetik hikmahnya. Sikap yang bisa dibilang bijaksana, karena kita mungkin akan kecewa bila membandingkannya dengan hubungan yang kita miliki di dunia nyata. Meski begitu, aku akan mencoba melakukan sesuatu yang mustahil: mengajakmu memikirkan beberapa pelajaran tentang mempertahankan hubungan yang bisa dipetik dari drama ini. Jika kita termasuk orang-orang yang mengalami “sindrom pascaDOTS”, alangkah baiknya kita memikirkan sesuatu yang lebih bermanfaat daripada hanya memikirkan wajah Song Joong Ki.
1. Belajar untuk memberi dukungan yang dibutuhkan
Kapten Yoo sepertinya memiliki segala sesuatu yang diinginkan orang, kecuali dalam hal pekerjaan. Ia harus meninggalkan semuanya, termasuk pacarnya, setiap kali tugas memanggil (dan tugasnya selalu penuh risiko, nyawa jadi taruhannya). Ia bahkan tidak bisa memberitahu Kang, tugas seperti apa yang sedang menantinya. Pada awalnya, muncul banyak masalah dalam hubungan mereka. Dokter Kang tidak bisa menerima mengapa kapten Yoo harus selalu meninggalkan kencan mereka tanpa penjelasan dan tanpa kepastian kapan akan kembali.
Namun, seiring berjalannya waktu, dokter Kang mulai menyadari bahwa ia harus menyesuaikan diri dengan situasi kapten Yoo bila ingin mempertahankan hubungan dengannya. Ia pun berhenti mempertanyakan pekerjaan kapten Yoo, dan belajar untuk memberikan dukungan. Kapten Yoo sendiri akhirnya memahami apa yang dirasakan dokter Kang ketika ia sendiri ditinggal sang dokter untuk tugas mengoperasi pasien di tengah malam. Hidup itu adil.
Mari belajar memberi dukungan bagi pasangan kita. Tempatkan kebutuhannya di atas kepentingan kita sendiri, dan jangan hanya sibuk mengeluh saat kita mengalami situasi yang tidak enak (baca Roma 12:10).
2. Saling menguatkan satu sama lain
Kapten Yoo melakukannya dengan sangat baik. Di sepanjang cerita, ia selalu memberikan kata-kata yang menguatkan pasangannya—ia tidak hanya memuji penampilan dokter Kang, tetapi juga keberanian dan keahliannya, terutama saat terjadi gempa dahsyat dan wabah penyakit menular. Dokter Kang juga melakukan hal yang sama. Ia memuji kapten Yoo sebagai orang yang tidak kenal takut, memiliki sikap yang terhormat, dan pastinya punya wajah yang tampan.
Seiring perjalanan kisah mereka, kapten Yoo makin kagum dan hormat kepada dokter Kang, demikian pula sebaliknya. Mereka belajar untuk saling memuji kelebihan pasangannya, untuk saling meminta maaf, dan juga saling berterima kasih.
Mari kita pun belajar menggunakan perkataan kita untuk saling menguatkan, menyemangati, dan membangun satu sama lain (baca Efesus 4:29; 1 Tesalonika 5:11).
3. Saling mendorong untuk menjadi pribadi yang lebih baik
3. Saling mendorong untuk menjadi pribadi yang lebih baik
Kapten Yoo adalah seorang pria terhormat yang berani melakukan apa yang benar di tengah tekanan, bahkan ketika tekanan itu datang dari atasannya sendiri. Dalam salah satu adegan yang sangat menegangkan ketika pemimpin liga Arab, Presiden Mubarat, dibawa ke klinik dalam kondisi sekarat, atasan kapten Yoo memberi peringatan agar ia tidak ikut campur dan melemparkan kesalahan kepada dokter bila sang presiden meninggal. Yoo menolak untuk tinggal diam. Ia menyuruh dokter Kang melakukan apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan sang presiden sementara ia dan timnya menahan para pengawal Arab di bawah ancaman senjata (Penasaran? Tonton filmya bila kamu ingin tahu cerita lengkapnya).
Kapten Yoo tidak hanya memberi teladan bagaimana berani bertindak benar di bawah tekanan, ia juga mendorong dokter Kang untuk melakukan hal yang sama. Dalam episode lain ketika ada seorang bandar narkoba yang ditembak, kapten Yoo mendorong dokter Kang untuk bertindak sesuai panggilannya sebagai seorang dokter—artinya ia harus berusaha menyelamatkan bandar narkoba itu meski sudah jelas si bandar bukan orang baik-baik. “Jika kita terpaksa harus membunuh seseorang, aku akan melakukan tugasku,” katanya meyakinkan sang dokter.
Mari kita belajar saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik (Ibrani 10:24-25).
4. Rela berkorban
Sama seperti semua drama cinta Korea yang bagus lainnya, tokoh utama pria dalam drama ini rela mempertaruhkan segenap hidupnya bagi tokoh utama wanita, lagi dan lagi. Dalam episode yang melibatkan Presiden Arab, kapten Yoo mempertaruhkan pekerjaannya saat ia menolak perintah atasannya untuk melemparkan kesalahan kepada dokter Kang. Kapten Yoo akhirnya tidak jadi naik pangkat dan kehilangan sebagian upahnya, karena dianggap telah melawan atasan. Dalam episode lain, kapten Yoo mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan dokter Kang dari mobil yang sudah nyaris jatuh di pinggir tebing. Dalam kesempatan yang lain lagi, kapten Yoo pergi sendirian untuk menyelamatkan dokter Kang saat ia disandera oleh seorang bandar narkoba—ya, bandar narkoba yang sebelumnya telah ditolong sang dokter.
Ada juga adegan menegangkan di rumah sakit yang melibatkan seorang tentara Korea Utara, kali ini dokter Kang yang mengambil risiko demi kapten Yoo (demi mereka yang belum nonton, aku tidak akan memberi bocoran lebih jauh).
Mari kita juga belajar untuk berbuat baik (baca Ibrani 13:16) dan bertolong-tolongan menanggung beban (baca Galatia 6:2). Kita menunjukkan kasih terbesar ketika kita rela memberikan hidup kita bagi orang lain (baca Yohanes 15:13).
5. Memiliki keyakinan dan prinsip-prinsip hidup yang sama
Kebanyakan perdebatan yang terjadi antara kapten Yoo dan dokter Kang disebabkan karena perbedaan nilai yang mereka pegang. Ketika pada satu titik mereka memutuskan untuk berpisah, itu karena mereka menyadari perbedaan pandangan yang mereka miliki—kapten Yoo membunuh untuk melindungi banyak orang, sedangkan dokter Kang berusaha menyelamatkan semua orang.
Ketika beberapa bulan kemudian mereka bertemu kembali di negeri Uruk yang hancur lebur karena perang (fiksi tentu saja), perbedaan pendapat di antara mereka tidak serta-merta berakhir. Namun, situasi mendesak mereka membuat beberapa keputusan moral tentang kapan nyawa seseorang harus diselamatkan. Dokter Kang kemudian menyadari bahwa ia sebenarnya tidak sedang menjunjung kebenaran yang diyakininya saat ia enggan menyelamatkan nyawa seorang bandar narkoba, sementara kapten Yoo justru mendesaknya untuk tetap menghidupi panggilan sebagai seorang dokter.
Pada akhirnya, mereka berdua menyadari bahwa nilai-nilai yang mereka pegang sebenarnya tidak berbeda, dan mereka mulai bisa bekerjasama—meski itu berarti mereka harus menempuh jalan yang tidak mudah. Dengan komitmen untuk menjembatani perbedaan yang ada, dan tekad untuk terus melakukan apa yang benar, hubungan mereka kembali bersemi.
Mencari pasangan yang seimbang, yang memiliki keyakinan dan prinsip-prinsip yang sejalan, juga perlu menjadi prioritas kita (2 Korintus 6:14). Begitu hal-hal yang sifatnya mendasar ini beres, kita bisa dengan lebih mudah mengatasi masalah-masalah lainnya dalam hubungan kita.
Itulah lima kiat mempertahankan hubungan dari DOTS yang bisa sama-sama kita renungkan. Kiat-kiat ini memang tidak menjamin hubungan kita akan bisa seperti hubungan kapten Yoo dan dokter Kang. Namun, kelimanya mengingatkan kita pada satu kebenaran yang sama—sebuah hubungan akan lebih mungkin untuk bertahan jika kita tidak hanya berfokus pada diri kita sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar